AKU bersandar di jendela kamarku dan melihat matahari mulai terbenam, dengan sedikit menahan napas, aku tidak akan menyesali keadaan ini , aku tahu jika seandainya aku tidak pergi ke gunung itu, mungkin aku tidak akan berhadapan dengan kenyataan ini, yang tidak bisa diterima dengan logika, akal dan otak manusia. Aku menyadari bahwa inilah kenyataan hidupku. Tapi aku beruntung masih ada seseorang yang mengerti keadaanku dan tentunya aku mencintainya, meskipun pernah membunuhku. Dia di depan pintu menungguku sambil menatap langit yang mulai gelap.
AKU menghampiri sang pembunuh yang menungguku itu, dia menatapku dengan senyuman kecilnya. Aku percaya padanya dan aku ingin bersamanya entah itu hidup atau mati.