Senin, 13 Maret 2017

PROLOG

AKU tak pernah memikirkan bagamana hari esok, aku yakin besok atau lusa hanya kejadian biasa saja, hari ini akan berlalu dengan hadirnya hari esok, begitu seterusnya berjalan dan berputar tanpa berhenti tanpa menoleh ke belakang. Jika besok aku mati, seperti apapun kejadiannya, maka matilah, jika aku masih bernapas itu artinya aku masih hidup. Bagiku seperti itulah kenyataan yang ada. Tapi aku tak pernah membayangkan hal yang tak masuk akal benar-benar merubah hidupku, bahkan merubah tubuhku, yang bisa dikatakan berbeda dengan manusia. Aku tak pernah menyangka , menurutku ini lebih daripada mati.

AKU bersandar di jendela kamarku dan melihat matahari mulai terbenam, dengan sedikit menahan napas, aku tidak akan menyesali keadaan ini , aku tahu jika seandainya aku tidak pergi ke gunung itu, mungkin aku tidak akan berhadapan dengan kenyataan ini, yang tidak bisa diterima dengan logika, akal dan otak manusia. Aku menyadari bahwa inilah kenyataan hidupku. Tapi aku beruntung masih ada seseorang yang mengerti keadaanku dan tentunya aku mencintainya, meskipun pernah membunuhku. Dia di depan pintu menungguku sambil menatap langit yang mulai gelap.

AKU menghampiri sang pembunuh yang menungguku itu, dia menatapku dengan  senyuman kecilnya. Aku percaya padanya dan aku ingin bersamanya entah itu hidup atau mati.